“Hai, zah lihat tuh cowokmu …..masa’ dia
dekat cewek lain kamu biarin aja” ucap salah seorang temanku, sambil menunjuk
seorang cowok keren dan beken yang dikelilingi oleh gadis-gadis cantik…
“yah, biarin aja…toh aku ga punya hak buat
ngelarang dia dekat sama siapa saja” ucapku cuek tapi tetap memperhatikan sosok
Gema…pacarku …
“kenapa kamu terima dia…? Rasanya aneh
deh…kamu kan cewek rohis, alim, baik lagi… kok mau sih sama cowok yang seperti
dia gitu, dah bandel, play boy, susah diatur, yah banyak lagi deh jeleknya”
ucap Reina
“kamu tuh…nanya apa jelek-jelekan orang
sih…?? tapi yah pokoknya aku punya alasan Sendiri kenapa aku terima dia, sudah
ah..!! Balik ke kelas yuk bentar lagi masuk” ucapku sambil menarik Reina pergi.
saat
pulang sekolah
Aku keluar kelas dan berjalan pulang
sendiri, kulihat Gema yang asyik bercanda di depan gerbang dengan beberapa
gadis dan temannya .
“duh…panggil gak ya… malu sih tapi…”
pikirku bingung sambil terus memperhatikan. “tapi aku kan pacarnya panggil aja deh…” akhirnya ku
beranikan diri untuk mendatangi Gema.
“Gema…” panggilku sopan dan tersenyum
manis
“eh…izah…dah mau pulang ya…”tanya Gema
ringan
“iya…mau pulang bareng ??” Tanyaku lagi
“aneh ya… masa cewek berjilbab seperti
kamu ngajak cowok pulang bareng…??” ucap salah seorang teman perempuan Gema.
“yah… tidak apa-apa donk, kita kan hanya pulang bareng…
yah, itu pun kalau Gema mau” ucapku sambil melihat kearah Gema.
“Iya…iya… aku pulang deh…” ucap Gema
sambil melangkah pergi, dan aku mengikutinya dari belakang.
Sepanjang jalan aku terus berjalan di
belakang Gema dan kami berdua tetap diam dalam kebisuan masing-masing hingga
tiba-tiba Gema memegang tanganku.
“Hei… apaan sich..?!” ucapku dengan nada
sedikit kesal dan menarik tanganku.
“kenapa..?? kita kan pacaran….” Tanya Gema sedikit kesal
“memangnya yang namanya pacaran harus
pegangan tangan ?? lagi pula mungkin kamu lupa kalau aku ini pacarmu” ucapku
ketus dan nada bicaraku mulai meninggi
“kenapa kamu ngomong gitu ?? aku ga pernah
lupa kok, kenapa kamu beranggapan kalau aku lupa kamu”
“ya…tentu saja, kamu selalu saja bahagia
sama cewek lain, tapi sama aku kamu diem saja, di sekolah juga kamu selalu cuekin
aku, padahal yang lain juga tau kamu itu pacarku, tapi kamu selalu saja dengan
cewek lain” akhirnya ku ungkapkan semua kekesalanku yg ku pendam, kesadaranku
mulai hilang, aku lepas kendali, dan aku hanya melihat Gema yang terdiam dengan
wajahnya yang memerah.
“maaf… kamu cemburu ya… habis….” Gema
menghentikan ucapannya. Dia mendekatiku dan memelukku…. Ah, entah apa yang
dipikirkan cowok playboy ini.
“hei…sudah lepaskan, ndak bisa nafas nich
aku…” ucap ku sambil mendorongnya dan melangkah pergi meninggalkannya.
X X X
Keesokan harinya, ah…tetap saja sama
dengan hari-hari sebelumnya, Gema tetap saja lebih dekat dengan cewek lain dan
teman-temannya, “menyebalkan..!!” gumamku. Aku mendatanginya dan mengajaknya
pergi dari teman-tamannya, terlihat tatapan sinis dan aneh yang kudapat dari
teman-teman lainnya… tapi, siapa peduli…
“hei, bukankah kamu yang bilang suka
padaku, tapi kenapa kamu selalu saja dengan gadis lain..??” tanyaku, setelah
kita sampai di taman yang cukup sepi “aku cemburu… aku capek begini terus..
bukannya aku ngelarang kamu dekat dengan temanmu, tapi kalau begini caranya aku
ga terima. Kalau kamu masih tetap begini lebih baik kita putus dari pada aku
harus tersiksa melihat kamu dengan yang lain” ku ucapkan… akhirnya kuucapkan
juga… tapi tak ada satupun kata yang diucapkan Gema untuk membalas ucapanku,
selalu begitu dan aku pun pergi meninggalkannya.
Pukul 19.00, hujan turun dengan derasnya,
seakan mewakili isi hati ku. Di tengah lamunanku tiba-tiba HP ku berdering,
sebuah pesan singkat datang dari Vino yang berisikan
“Hoi izah, kamu tau dimana Gema..?? aku di rumahnya ini, tapi
kata nyokapnya dia belum pulang dari tadi siang, kamu bantuin cari dia yah….
Please…”
Seakan petir menyerangku, kesadaranku hampir
kembali hilang tapi dengan segera kutepis semua, tanpa basa-basi ku ambil
jaket, mantel, dan payungku dan bergegas mencari Gema.
“aduh dimana yah itu anak, di telepon HP
nya mati lagi” ucapku masih terus mencari sosok Gema dalam derasnya hujan,
tiba-tiba aku teringat sesuatu “taman…ya, dia pasti di sana” ucapku sambil
berlari ke taman dan benar, kulihat Gema duduk sendiri di kursi taman yang
sepi, kulepas jaketku untuknya
“Gema, kamu ngapain di sini ??” tanya ku
pelan sambil memegang keningnya “kamu demam….”
Dengan segera ku telpon Vino untuk
menjemput kami di taman.
X X X
3 hari sejak saat itu, Gema tidak masuk
sekolah karena sakit, aku, Vino, dan beberapa teman yang lainnya pergi
menjenguknya. Sesampainya di rumah Gema, kami disambut oleh ibunya, yang dengan
lembut mempersilahkan kami masuk. Ibu yang baik itu terlihat lebih kurus dari
biasanya, raut wajahnya pun terlihat lelah.
“sudah seharian ini dia belum makan,
kemarin juga dia hanya sedikit makan, bahkan obat dari dokter pun tidak dia
sentuh sedikit pun” ucap ibu gema lirih saat mengantarkan kami menuju kamar
Gema.
Ku lihat tubuh kurus yang bersandar
ditembok yang kurasa dingin itu… aku duduk di sampingnya dan kugenggam erat
tangannya berharap agar dia tau keresahan yang sedang kurasakan, tak lama dia
menatapku dengan tatapan sendu penuh kesedihan dan untuk pertama kalinya ku
lihat Gema meneteskan air mata. Ku lihat teman-teman mulai keluar dari kamar
Gema dan tinggallah hanya aku dan Gema.
“Gema…ini aku izah… Azizah… Gema maafin
aku atas ucapanku yang keramrin… Gema.. aku…. Aku Cuma…” aku tak dapat
meneruskan kata-kataku, kerongkonganku terasa sakit dan tanpa sadar aku pun menangis,
ku rasakan tangan lembut Gema menyentuh pipiku.
“Sudahlah jangan menangis itu hanya akan
membuatku tambah sakit, seharusnya aku yang minta maaf padamu, karena aku
bertindak semauku tanpa bicara padamu, aku hanya ingin yang terbaik untukmu,
tapi tak ku sangka yang kulakukan itu malah membuatmu terluka” sejenak Gema
terdiam, di tengah heningnya kamar dia melanjutkan ucapannya “bukan maksudku
untuk mengacuhkanmu, aku tau gadis seperti apa kamu yang berjilbab dan menjaga
agama, dan aku menghormati itu, apalagi bila di tempat umum sebenarnya aku
malu, aku bingung harus bicara apa padamu karena kamu adalah gadis yang berbeda
dengan yang lainnya, sejujurnya aku sayang banget sama kamu, aku ga mau
kehilangan kamu” ucapan Gema benar-benar meluluhkan ku dan menyadarkan ku akan
pentingnya dirinya untuk hidupku.
X X X
Keesokan harinya Gema telah kembali
bersekolah. Pagi-pagi sekali dia sudah datang dan duduk di sampingku,
“wah, sudah sehat nich…??” ucapku sambil
tertawa kecil yang dibalasnya dengan senyuman.
“sebentar lagi kita lulus, terus kita
merid, bagaimana ??”
“he…?? Lulus saja belum dah mikir merid,
mending sekarang rajin-rajin dulu belajar biar lulus” ucapku sambil menutup
buku yang sedang kubaca “aku mau nanya, kenapa kamu suka aku, padahal banyak
orang bilang kalau kita nich sangat ga cocok lho…”
“ah, biar saja orang mau berkata apa, aku
hanya ingin kamu untuk ku, sudah kubilang kamu itu berbeda dengan cewek lain
yang pernah aku kenal, kamu itu…. Aduh susah diungkapkan dengan kata-kata” ucap
Gema yang diikuti dengan tawanya
“huh, dasar play boy”
“eh, aku ini bukan playboy, tapi hanya
sedang survey untuk mencari calon istri idaman, makanya sering ganti-ganti,
tapi sekarang aku ga perlu mencari lagi, kan sudah ku temukan calon istriku”
ucap Gema sambil mengusap lembut kepalaku.
“kamu ini ada-ada aja, sudah sana belajar biar cepat
pintar” ucapku sambil memberikan setumpuk buku catatan.
“iya, istri ku sayang…” bisik Gema yang
terdengar lembut di telingaku.
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar