Senin, 13 Januari 2014

You are the best !!



      “Hai, zah lihat tuh cowokmu …..masa’ dia dekat cewek lain kamu biarin aja” ucap salah seorang temanku, sambil menunjuk seorang cowok keren dan beken yang dikelilingi oleh gadis-gadis cantik…
      “yah, biarin aja…toh aku ga punya hak buat ngelarang dia dekat sama siapa saja” ucapku cuek tapi tetap memperhatikan sosok Gema…pacarku …
      “kenapa kamu terima dia…? Rasanya aneh deh…kamu kan cewek rohis, alim, baik lagi… kok mau sih sama cowok yang seperti dia gitu, dah bandel, play boy, susah diatur, yah banyak lagi deh jeleknya” ucap Reina
      “kamu tuh…nanya apa jelek-jelekan orang sih…?? tapi yah pokoknya aku punya alasan Sendiri kenapa aku terima dia, sudah ah..!! Balik ke kelas yuk bentar lagi masuk” ucapku sambil menarik Reina pergi.

saat pulang sekolah
      Aku keluar kelas dan berjalan pulang sendiri, kulihat Gema yang asyik bercanda di depan gerbang dengan beberapa gadis dan temannya .
      “duh…panggil gak ya… malu sih tapi…” pikirku bingung sambil terus memperhatikan. “tapi aku kan pacarnya panggil aja deh…” akhirnya ku beranikan diri untuk mendatangi Gema.
      “Gema…” panggilku sopan dan tersenyum manis
      “eh…izah…dah mau pulang ya…”tanya Gema ringan
      “iya…mau pulang bareng ??” Tanyaku lagi
      “aneh ya… masa cewek berjilbab seperti kamu ngajak cowok pulang bareng…??” ucap salah seorang teman perempuan Gema.
      “yah… tidak apa-apa donk, kita kan hanya pulang bareng… yah, itu pun kalau Gema mau” ucapku sambil melihat kearah Gema.
      “Iya…iya… aku pulang deh…” ucap Gema sambil melangkah pergi, dan aku mengikutinya dari belakang.
      Sepanjang jalan aku terus berjalan di belakang Gema dan kami berdua tetap diam dalam kebisuan masing-masing hingga tiba-tiba Gema memegang tanganku.
      “Hei… apaan sich..?!” ucapku dengan nada sedikit kesal dan menarik tanganku.
      “kenapa..?? kita kan pacaran….” Tanya Gema sedikit kesal
      “memangnya yang namanya pacaran harus pegangan tangan ?? lagi pula mungkin kamu lupa kalau aku ini pacarmu” ucapku ketus dan nada bicaraku mulai meninggi
      “kenapa kamu ngomong gitu ?? aku ga pernah lupa kok, kenapa kamu beranggapan kalau aku lupa kamu”
      “ya…tentu saja, kamu selalu saja bahagia sama cewek lain, tapi sama aku kamu diem saja, di sekolah juga kamu selalu cuekin aku, padahal yang lain juga tau kamu itu pacarku, tapi kamu selalu saja dengan cewek lain” akhirnya ku ungkapkan semua kekesalanku yg ku pendam, kesadaranku mulai hilang, aku lepas kendali, dan aku hanya melihat Gema yang terdiam dengan wajahnya yang memerah.
      “maaf… kamu cemburu ya… habis….” Gema menghentikan ucapannya. Dia mendekatiku dan memelukku…. Ah, entah apa yang dipikirkan cowok playboy ini.
      “hei…sudah lepaskan, ndak bisa nafas nich aku…” ucap ku sambil mendorongnya dan melangkah pergi meninggalkannya.
X X X
      Keesokan harinya, ah…tetap saja sama dengan hari-hari sebelumnya, Gema tetap saja lebih dekat dengan cewek lain dan teman-temannya, “menyebalkan..!!” gumamku. Aku mendatanginya dan mengajaknya pergi dari teman-tamannya, terlihat tatapan sinis dan aneh yang kudapat dari teman-teman lainnya… tapi, siapa peduli…
      “hei, bukankah kamu yang bilang suka padaku, tapi kenapa kamu selalu saja dengan gadis lain..??” tanyaku, setelah kita sampai di taman yang cukup sepi “aku cemburu… aku capek begini terus.. bukannya aku ngelarang kamu dekat dengan temanmu, tapi kalau begini caranya aku ga terima. Kalau kamu masih tetap begini lebih baik kita putus dari pada aku harus tersiksa melihat kamu dengan yang lain” ku ucapkan… akhirnya kuucapkan juga… tapi tak ada satupun kata yang diucapkan Gema untuk membalas ucapanku, selalu begitu dan aku pun pergi meninggalkannya.

      Pukul 19.00, hujan turun dengan derasnya, seakan mewakili isi hati ku. Di tengah lamunanku tiba-tiba HP ku berdering, sebuah pesan singkat datang dari Vino yang berisikan
“Hoi izah, kamu tau dimana Gema..?? aku di rumahnya ini, tapi kata nyokapnya dia belum pulang dari tadi siang, kamu bantuin cari dia yah…. Please…”

      Seakan petir menyerangku, kesadaranku hampir kembali hilang tapi dengan segera kutepis semua, tanpa basa-basi ku ambil jaket, mantel, dan payungku dan bergegas mencari Gema.
      “aduh dimana yah itu anak, di telepon HP nya mati lagi” ucapku masih terus mencari sosok Gema dalam derasnya hujan, tiba-tiba aku teringat sesuatu “taman…ya, dia pasti di sana” ucapku sambil berlari ke taman dan benar, kulihat Gema duduk sendiri di kursi taman yang sepi, kulepas jaketku untuknya
      “Gema, kamu ngapain di sini ??” tanya ku pelan sambil memegang keningnya “kamu demam….”
      Dengan segera ku telpon Vino untuk menjemput kami di taman.
X X X
      3 hari sejak saat itu, Gema tidak masuk sekolah karena sakit, aku, Vino, dan beberapa teman yang lainnya pergi menjenguknya. Sesampainya di rumah Gema, kami disambut oleh ibunya, yang dengan lembut mempersilahkan kami masuk. Ibu yang baik itu terlihat lebih kurus dari biasanya, raut wajahnya pun terlihat lelah.
      “sudah seharian ini dia belum makan, kemarin juga dia hanya sedikit makan, bahkan obat dari dokter pun tidak dia sentuh sedikit pun” ucap ibu gema lirih saat mengantarkan kami menuju kamar Gema.
      Ku lihat tubuh kurus yang bersandar ditembok yang kurasa dingin itu… aku duduk di sampingnya dan kugenggam erat tangannya berharap agar dia tau keresahan yang sedang kurasakan, tak lama dia menatapku dengan tatapan sendu penuh kesedihan dan untuk pertama kalinya ku lihat Gema meneteskan air mata. Ku lihat teman-teman mulai keluar dari kamar Gema dan tinggallah hanya aku dan Gema.
      “Gema…ini aku izah… Azizah… Gema maafin aku atas ucapanku yang keramrin… Gema.. aku…. Aku Cuma…” aku tak dapat meneruskan kata-kataku, kerongkonganku terasa sakit dan tanpa sadar aku pun menangis, ku rasakan tangan lembut Gema menyentuh pipiku.
      “Sudahlah jangan menangis itu hanya akan membuatku tambah sakit, seharusnya aku yang minta maaf padamu, karena aku bertindak semauku tanpa bicara padamu, aku hanya ingin yang terbaik untukmu, tapi tak ku sangka yang kulakukan itu malah membuatmu terluka” sejenak Gema terdiam, di tengah heningnya kamar dia melanjutkan ucapannya “bukan maksudku untuk mengacuhkanmu, aku tau gadis seperti apa kamu yang berjilbab dan menjaga agama, dan aku menghormati itu, apalagi bila di tempat umum sebenarnya aku malu, aku bingung harus bicara apa padamu karena kamu adalah gadis yang berbeda dengan yang lainnya, sejujurnya aku sayang banget sama kamu, aku ga mau kehilangan kamu” ucapan Gema benar-benar meluluhkan ku dan menyadarkan ku akan pentingnya dirinya untuk hidupku.
X X X
      Keesokan harinya Gema telah kembali bersekolah. Pagi-pagi sekali dia sudah datang dan duduk di sampingku,
      “wah, sudah sehat nich…??” ucapku sambil tertawa kecil yang dibalasnya dengan senyuman.
      “sebentar lagi kita lulus, terus kita merid, bagaimana ??”
      “he…?? Lulus saja belum dah mikir merid, mending sekarang rajin-rajin dulu belajar biar lulus” ucapku sambil menutup buku yang sedang kubaca “aku mau nanya, kenapa kamu suka aku, padahal banyak orang bilang kalau kita nich sangat ga cocok lho…”
      “ah, biar saja orang mau berkata apa, aku hanya ingin kamu untuk ku, sudah kubilang kamu itu berbeda dengan cewek lain yang pernah aku kenal, kamu itu…. Aduh susah diungkapkan dengan kata-kata” ucap Gema yang diikuti dengan tawanya
      “huh, dasar play boy”
      “eh, aku ini bukan playboy, tapi hanya sedang survey untuk mencari calon istri idaman, makanya sering ganti-ganti, tapi sekarang aku ga perlu mencari lagi, kan sudah ku temukan calon istriku” ucap Gema sambil mengusap lembut kepalaku.
      “kamu ini ada-ada aja, sudah sana belajar biar cepat pintar” ucapku sambil memberikan setumpuk buku catatan.
      “iya, istri ku sayang…” bisik Gema yang terdengar lembut di telingaku.

THE END

Penunggu Gedung Tua



         Beberapa anak yang sedang berkumpul dalam kelas sedang menikmati jam istirahat, Salah seorang anak mulai bercerita tentang gedung tua yang berada di puncak bukit di belakang sekolah.
       “Hei, hei, dengar katanya gedung yang ada di belakang sekolah kita itu banyak hantunya lho…” ujarnya mulai bercerita.
       “Ah, bohong…Mana ada hantu zaman begini…. Dah transmigrasi mereka ke mars”
       “ndak percaya lagi… Gimana kalau kita buktikan …??” tantang Djoko, yang di balas dengan senyuman setuju “ok..!! jam 8 malam nanti kita kumpul di sekolah, yang lainnya juga wajib ikut…!!” paksa Amir

         Malam harinya hanya ada beberapa anak yang ikut dalam pembuktian malam itu, Amir, Djoko, Siska, dan Ami, segala perlengkapan pun dipersiapkan senter, baterai, termasuk pentungan yang diam-diam diambil dari pos ronda, upss….
         “Baiklah sekarang kita bagi kelompok…” ucap Amir
         “nanti aja kalau kita sudah masuk” pinta Siska, salah seorang peserta yang datang malam itu.
         Setelah berunding beberapa saat, meraka memutuskan untuk masuk bersama. Sesampainya di depan gedung, pintu yang tertutup rapat mulai memancarkan aura yang cukup membuat merinding bulu kucing ups salah, bulu kuduk maksudnya. Siska mulai menggerakkan gagang pintu, mencoba untuk membukanya,
         “lho….lho…. terkunci ini pintunya…” ucap Siska masih terus berusaha membuka, beberapa menit terlewati dan pintu belum juga terbuka,
         “sepertinya memang ndak bisa di buka, lebih baik kita pulang saja” ajak Ami, yang sedari tadi hanya diam saja di belakang. Hingga beberapa saat berlalu dan pintu tetap tidak terbuka, akhirnya mereka memutuskan untuk menghentikannya, selangkah, dua langkah mereka meninggalkan tempat itu, “cklek….krieeet…” tiba-tiba pintu terbuka dengan sendirinya, seakan mengatakan “Silahkan masuk, hei manusia-manusia kecil” dan akhirnya mereka berempat masuk ke dalam gedung dengan perlahan. Setelah mereka berada didalam gedung pastinya pintu tertutup kembali dengan sendirinya.

         “wah…wah awal yang bagus nich” ucap Ami dengan senyum dinginnya.
Dengan perlahan mereka berjalan menyusuri ruangan-ruangan yang ada.
         “Kriet…kriet…kriet….”
Sebuah suara terdengar dari balik ruangan dihadapan mereka, ruangan kecil yang pintunya sedikit terbuka, terlihat seberkas cahaya bulan menerangi sudut-sudut ruangan itu. “ayo kita lihat” ajak amir sambil terus mengendap-endap kearah ruangan itu. Pintu perlahan dibuka dan “KYAAAAAAAA……..!!!!!” teriak mereka serentak dan begegas berlari menjauhi ruangan itu. “ haah…haah… apaan tadi itu yah, kaget banget..” ucap djoko sambil berusaha mengontrol nafasnya yang terengah-engah. Belum sempat hilang lelahnya merka dikejutkan kembali dengan sesosok bayangan putih yang melesat di depan mereka, “KYAAAAAA……..!!!!!!” untuk kedua kalinya mereka berteriak dan berlari lagi. Setelah merasa aman akhirnya mereka istirahat sejenak “Ami..” panggil Amir “ya, ada apa lagi..??” tanya Ami yang dah Siap” teriak dan lari untuk yang ketiga kalinya, “Djoko sama Siska mana..??” tanya Amir “he…??” dipandanginya sekeliling tempat itu tapi memang tak ada sosok yang dicari “waduh….jangan-jangn kesasar…” ucap ami menjelaskan “mati kita…ayo cepat dah kita cari…” ajak amir sambil meninggalkan tempat itu.
         Lorong-lorong panjang dan gelap serta pintu-pintu yang berjejer, ntah apa yang ada dibaliknya.
         ting…ting…ting…” suara merdu dari permainan piano terdengar dari balik ruangan disudut koridor. “suara piano…ayo kita lihat…” ajak Amir menarik tangan Ami
“jangan ntar muncul hantunya lagi..” cegah Ami yang mulai cemas “iya, kalau itu hantu kalau lain bagaimana..??” paksa Amir sambil terus berjalan mendekati ruangan itu, “mank selain hantu disini ada apa lagi hah….” Gerutu Ami, masih tetap mengikuti Amir.
         Setelah sampai, di bukalah pintu ruangan itu, terlihat sesosok wanita dengan gaun hitam pekatnya duduk memainkan piano itu, wanita tanpa kepala…..!!!!!
 Amir dan Ami hanya terdiam berusaha agar tak bersuara, berharap agar tak mengganggunya yang asyik bermain. “klotak..klotak..” suara mencurigakan mucul dari arah bawah mereka. Dengan was-was dan berharap segala kebaikan,mereka melihat kebawah… sebentuk kepala dengan rambut panjang yang berserakan sedang menatap mereka, terlihat senyum manisnya di lanjutkan dengan tawanya yang terkekeh-kekeh cukup membuat Amir dan Ami tergoda, tapi itu hanya sesaat sebelum Amir melepaskan tendangan mautnya, maklum atlit bola gitu loh,..
“TTIIIIIDDDAAAKKKK” teriak mereka berbarengan lalu dengan segera melancarkan jurus kaki seribunya yang baru saja mereka pelajari. Mereka segera berlari ke pintu depan dan “BRUK..!!” mereka menabrak Djoko dan siska “akhirnya ketemu…” ucap siska senang sambil memeluk Ami.
         Tak terasa hari telah pagi, saat kokok ayam mulai terdengar pintu pun terbuka kembali dengan sendirinya, mereka berempat segera melesat keluar dari gedung dan berjanji untuk tidak kembali kegedung tua itu lagi.
         Sedangkan gedung tua itu tetap pada kehidupan malamnya, dengan senyum mereka selalu menunggu para peserta yang ingin menguji nyali mereka kembali.
         Khi…..khi…..khi…..

# The End #

Pemuja Rahasia



Ku pandangi sosoknya yang mulai melangkah pergi. Tubuh mungil dan rambut coklatnya terlihat bersinar bagai malaikat. Betapa ingin ku peluk tubuh mungil itu, betapa indah dia diciptakan dan betapa ku inginkan keindahan itu
“Hei Erick ngapain loe ?? ngelamun terus” terdengar suara cempreng yg membuyarkan lamunan q
“Ah,.. kamu ini mengganggu kesenangan orang aja” gerutu ku kaget karena kedatangan Doy, aku menyeruput minuman dingin diatas meja dengan kesal.
“kesenangan ?? melirik pacar orang loe bilang kesenangan,??? Hahahaha sadarlah sobat, cepat-cepat lah kau bertobat mumpung belum terlambat” cerocos Doy.
“tobat tobat, tobat gundulmu ntu suruh tobat” ucap ku sambil meninggalkan meja diikuti Doy yang berlari kecil dibelakang.
“hei sobat, lihatlah baik-baik dia itu sudah punya pacar tak seharusnya kau suka dia, lebih baik kau hapuskan aja rasamu itu” ucap Doy sambil merangkul pundak ku.
“kau ini teman ku bukan sich,..?? bukannya dibantu malah disuruh menyerah” ucap ku kesal dan melepaskan rangkulan Doy dari pundak ku.
“Hei, bukannya aku ga mau bantu, tapi lihat-lihat keadaan dulu dong,.. dia siapa kamu siapa,..” cerocos doy yg masih mengikuti ku
“Berisik ah aku mau pulang” ucap q meninggalkannya

Sepanjang perjalanan pikiran ku hanya tertuju pada sosok yang indah itu, sosok gadis yang tak asing untuk ku, namanya Ayun sejak pertama ku lihat di taman itu aku langsung terpesona, tak ku kira ternyata dia satu sekolah dengan ku. pikiran ku masih terus melayang tentangnya, tanpa sadar ku menabrak sesuatu,.”BRUK..!!”
“ah, maaf” ucap ku sambil tertunduk, ku bersihkan beberapa debu yang menempel pada seragam ku dan berusaha berdiri
“Tak apa aku juga minta maaf” sebuah suara yang sepertinya ku kenal,
“Ayun,??” ucap ku lirih
“ha?? Apa?? Apa kau mengatakan sesuatu??” tanyanya lembut
“ah, tidak, tak apa-apa”
“oh, permisi ya,..” ucap Ayun melangkah pergi meninggalkan ku yg masih terpaku memandangnya.

* * *
Waktu menunjukkan pukul 15.00 Wita, taman yang tadi sepi perlahan mulai ramai oleh orang-orang yang berjogging maupun yang hanya berjalan-jalan menghabiskan waktu sorenya. Dengan sebuah Mp3 player dan headset ku duduk di bangku taman yang agak jauh dari keramaian, itulah kegiatan ku sehari-hari menikmati sore sambil mendengarkan musik. Perlahan lamunan ku tersadar karena sebuah suara menyelinap masuk di telinga ku ,
“permisi boleh aku duduk di sini??” tanyanya lembut, senyumnya yang manis mengikuti gerak bibirnya
“ah iya silahkan” ucap ku sambil sedikit bergeser.
“Sepertinya kita pernah ketemu ya??” tanyanya tiba-tiba
“apa kau sering di sini??” lanjutnya lagi
“yah, setiap sore aku biasa kemari, menghabiskan waktu sore” jawab ku singkat ,
“oh, pantes rasanya aku tak asing denganmu” ucapnya sambil tertawa kecil, tawa yang begitu manis dan menggoda ,
“kita kemarin juga ketemu kok” ucap ku tiba-tiba
“ho ya?? Kapan?? Dimana??” tanya nya penasaran terlihat alisnya yg mulai menyatu ketengah perlahan
“di sekolah, tak sengaja aku menabrakmu,..”
“Oh,.. oh itu kamu toh,.. o iya ingat ingat,.. hahaha”
Ku lihat lagi wajahnya lekat-lekat, tak pernah ku bayangkan aku dapat menikmati keindahannya dari jarak sedekat ini.
“Ayun kan,..” tanya ku basa basi
“iya, kok tau??” tanyanya dengan wajah yang sedikit manampakkan kebingungan, dengan sedikit senyum ku jawab
“aku baca di seragam kemarin” jawab ku singkat yg sebenarnya sudah lama q tau nama nya bahkan sangat hapal namanya
“oh,.. hahahha”.
Ah lagi-lagi dia tertawa. Sore itu terasa berbeda dengan sore sebelummya, matahari saat itu terasa semakin terang bersinar seakan juga menikmati kebahagiaan ku.
Ku habiskan waktu sore ku ini dengan berbincang dan bercanda dengan Ayun, sungguh sore yang indah.

Tak sadar seorang cowok mendatanginya dan memeluk pundaknya ,
“ah sayang kau sudah datang” ucap Ayun senang. Yah aku tau siapa cowok itu, dia adalah pacar Ayun, serasa matahari lenyap seketika melihat Ayun tersenyum manis padanya
“tidak!! Jangan!! Jangan tersenyum padanya, tetaplah kau tersenyum pada ku” batin ku pun mengadu kesal tapi apa daya raga ku tetap tak berkutik melihatnya.
“Aku pulang duluan ya” pamitnya sambil berdiri dan melangkah pergi, dengan mesra dia menggandeng tangannya dan meninggalkan ku sendiri.
Tanpa ku sadari aku pun bangkit dari bangku ku dan mengerjarnya dengan berani ku panggil namanya namun apa daya sebelum itu ku lakukan sebuah bola basket terbang kewajah ku, dengan sekejap ku jatuh dan hampir tak sadarkan diri. Ditengah sisa-sisa kesadaran ku aku masih dapat melihat Ayun yang mendatangi ku.
“Erick, Erick, bangun kau tak apa Erick” sebuah suara yang ku pastikan itu suara dari Ayun perlahan menyadarkan ku.
“kau tak apa sayang?? Apa kau mimpi buruk??” tanyanya bingung,
“mimpi?? Aku?? Mimpi apa??” tanya ku bingung pula
“sayang, kamu tadi ketiduran, lalu kau mengigau dan berkeringat, apa sayang baik-baik aja??” tanyanya panik
“Ah, iya aku tak apa, aku hanya mimpi buruk,” ucap ku sambil membelai rambut coklatnya.
“Benar tak apa??”
“Iya,” ucap ku yakin, sambil tersenyum ku peluk tubuh mungilnya.
“ah, ternyata hanya mimpi, untung hanya mimpi” ucap ku lega dan Ayun hanya melihat ku dengan tampang bingungnya
“kenapa sayang??” tanya ku balik pada Ayun
“ah tidak, tidak apa-apa” jawabnya masih kebingungan
“baiklah, ayo kita pulang sayang, sudah hampir magrib nich” ucap ku sambil berdiri dan menggandeng tangan Ayun, dengan senyum yang mengembang aku bersyukur ternyata tadi hanya sebuah mimpi karena sekarang Ayun ada di samping ku dan hanya tersenyum manis untuk ku.

* * *